Selasa, 03 Desember 2013

Istana Maimun

    Hey, Kita bertemu lagi dan saat ini kita masih membahas tentang Medan. Yeah, Sekarang saya akan membahas tentang Istana Maimun yang berada di Medan yang masih berkaitan dengan postingan saya yang sebelumnya, "Putri Hijau" dan yang juga masih berkaitan tentang postingan sebelum ini "Kesultanan Deli". Istana Maimun diberikan warna kuning yang merupakan warna kebesaran Melayu. Istana ini selesai dibangun pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.

 Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam waktu tertentu di Istana ini sering diadakan pertunjukan musik tradisional (tentunya MELAYU). Biasanya pertunjukan itu diselenggarakan untuk memeriahkan pesta perkawinan dan sukacita. Selain itu, dua kali dalam setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan mengadakan acara rawatib.

Bagi para pengunjung yang datang ke istana, mereka masih bisa melihat-lihat koleksi yang dipajang di ruang pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata. Di sini, juga terdapat meriam buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang Medan menyebut meriam ini dengan sebutan "MERIAM PUNTUNG".

Kisah meriam puntung ini punya kaitan dengan Putri Hijau. Dikisahkan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian, karena tubuhnya memancarkan warna hijau. Ia memiliki dua orang saudara laki-laki, yaitu Mambang Yasid dan Mambang Khayali. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya. Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe. Sementara bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun.

Mau tau lokasinya...? Lokasinya ada di jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kel. Sukaraja, Kec. Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara.   Luas istana lebih kurang 2.772 m, dengan halaman yang luasnya mencapai 4 hektar. Panjang dari depan kebelakang mencapai 75,50 m. dan tinggi bangunan mencapai 14,14 m. Bangunan istana bertingkat dua, ditopang oleh tiang kayu dan batu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar harus menggunakan kata-kata yang sopan.