Minggu, 04 November 2012

You're Believe The Ghost Island....!!


Randy berdiri di sudut ini. Mungkin sudah berjam-jam berlalu. Randy terus berdiri di samping belakang ibunya Badrul. Terkadang mengikutinya berjalan kian kemari melakukan hal-hal yang tak Badrul mengerti. Randy tidak merasa lelah.Randy  berjalan tapi tidak seperti berjalan. Randy serasa melayang namun kakiku jelas-jelas benar menginjak tanah.


Sudah berjam-jam berlalu. Randy heran banyak sekali orang-orang yang berdatangan. Randy tak ingat apapun tentang ini. Apa ibunya mengadakan pengajian disini? Kenapa mereka semua tampak sedih? Berduka cita seperti tengah kehilangan seseorang yang sangat dicintainya.

Randy melihat ibuya berjalan ke ruangan lain. Dia terduduk di depan sesuatu di ruangan itu. sesuatu yang tertutup kain putih. Aku ingin melihatnya namun para orang tua menghalangi pandanganku. Di samping sesuatu yang tertutup kain putih itu aku melihat sebuah foto dan plat nama yang ditulis spidol hitam di samping foto tersebut. RANDY KOESNADHY nama yang tertulis disana. Membuat Randy terkejut bukan kepalang dan ketika kulihat baik-baik foto tersebut ternyata itu adalah foto dirinya sendiri.
 
 

Sudah berjam-jam berlalu. Aku heran banyak sekali orang-orang yang berdatangan. Aku tak ingat apapun tentang ini. Apa ibuku mengadakan pengajian disini? Kenapa mereka semua tampak sedih? Berduka cita seperti tengah kehilangan seseorang.

Aku lihat ibuku berjalan ke ruangan lain. Dia terduduk di depan sesuatu di ruangan itu. sesuatu yang tertutup kain putih. Aku ingin melihatnya namun para orang tua menghalangi pandanganku. Di samping sesuatu yang tertutup kain putih itu aku melihat sebuah foto dan plat nama yang ditulis spidol hitam di samping foto tersebut. DANI RAMDANI nama yang tertulis disana. Membuat aku terkejut bukan kepalang dan ketika kulihat baik-baik foto tersebut ternyata itu adalah foto diriku sendiri.

Aku terdiam membisu, terpatung kaku, tubuhku gemetar, lunglai namun kenapa diriku tidak terjatuh tidak tersungkur ketanah atau pingsan. Diriku seakan seonggok besi. Kaku. Sungguh aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat ini. Ini… mustahil. Sebenarnya apa yang tengah terjadi disini? Kenapa mereka bermuram durja? Kenapa ibuku bersedih hati? Apa yang dia tangisi? Apa yang ada dibalik kain putih itu?
Aku bergerak maju. Menyisip diantara orang-orang. Mencoba mendekati ibu. Cuma ada ibuku disini. Tak ada orang yang aku kenal lagi selain ibuku di ruangan ini. Wajah yang lainnya tampak asing. Aku tak mengenal mereka. Di ruangan ini tak ada ayahku, Ayah tiriku, Kakakku dan istrinya, atau keluarga besar ibuku. Kemana mereka? Dan rumah siapakah ini? Aku tidak kenal dengan rumah ini?

Aku melihat dengan pasti apa yang ada dibalik kain putih itu. itu… aku.. itu tubuhku… bagaimana mungkin? Sebenarnya apa yang telah terjadi? Apa aku sudah mati…?
“Aku mati?” tanyaku tak percaya. Kapan aku mati? Apa ini mimpi? Ya! Ini pasti mimpi! Bukankah aku sudah sering mimpi tentang kematian dan hari kiamat? Ini pasti salah satu mimpiku. Aku harus keluar dari mimpi yang menyesatkan ini!

Aku pejamkan mataku. Namun mimpiku tak beralih juga. aku terus berada di ruangan ini. Aku tidak bisa mengenyahkan mimpi ini. Apakah ini nyata? Kalau aku sudah mati? Aku lihat ibuku mulai melekatkan kain kafan itu di jasadku sembari berurai air mata, menahan isakan tangis.

Dia mengusap lembut pipi dingin lelaki itu.
“Dani, ibu sayang kamu…” ucapnya berbisik di telinga tubuh yang tak lain adalah jasadku.
“Ibu, apa ibu tidak bisa melihatku? Aku disini ibu. Disamping ibu,” ucapku padanya. Namun ibu dan semua orang yang ada disini tak menyadari keberadaanku. Mereka berjalan lalu lalang, bicara, berduka cita namun tak dapat merasakanku. Arwahku.

Aku berharap ada seseorang di rumah ini yang dapat melihatku. Aku hanya ingin bilang bahwa aku ada disamping ibuku. Aku ingin memberi petunjuk pada semua orang bahwa aku ada di rumah ini.
“Ibu… aku disini..” ucapku menangis. Namun dari mataku tak keluar setetes air matapun.
Aku memandangi beberapa orang di ruangan ini, mengira-ngira adakah orang yang dapat melihatku. Sekali saja. Orang yang mau menyampaikan pesanku pada ibuku sebelum aku dikuburkan. Di ruangan ini ada pak ustad, pak haji, para santri. Aku harap ada dari mereka yang bisa melihatku.

                BERSAMBUNG....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar harus menggunakan kata-kata yang sopan.