Atlantis ada di sekitar Jawa Barat” tutur Oki Oktariadi, Geolog yang
didapuk sebagai pembicara pada diskusi panel yayasan Suluh Nuswantara
Bakti mengenai Indonesia Asal Peradaban Dunia, Hotel Sultan, Jakarta.
Atlantis yang menurut Prof Aryso Santos berada di wilayah Nusantara,
atau Sekarang adalah Indonesia, memiliki tiga puluh tiga kesamaan dengan
Indonesia, antara lain:luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung
berapi serta cara bertani.
Menurutnya, pulau-pulau di Indonesia yang mencapai ribuan itu merupakan
puncak-puncak gunung dan dataran tinggi benua Atlantis yang dulu
tenggelam. Sejumlah besar aspek-aspek bentangan alam Atlantis, negara
yang paling banyak memiliki kemiripan adalah Indonesia. Jika Santos
mengungkapkan bahwa ada beberapa celah yang terdapat tidak jauh dari
pulai tersrbut, maka celah-celah tersebut tentunya adalah Selat Sunda
dan Selat Malaka sebelum terjadi peningkatan permukaan laut tutur Oki
yang juga pengajar di Universitas Padjajaran. Maka dengan demikian Laut
Jawa dicurigai sebagai tempat tenggelamnya Atlantis ribuan tahun lalu.
Sebelum tenggelam tentunya laut Jawa merupakan sebuah daratan , tentunya dengan kebudayaan yang berkembang diatasnya.
Kabar Kehancuran Benua Atlantis di Al Qur’an
Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan
Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir, maka kebinasaanlah bagi
orang-orang yang zalim itu.
QS. al-Mu’minun (23) : 41
Kemudian Kami ciptakan sesudah… mereka umat-umat yang lain.
QS. al-Mu’minun (23) : 42
Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkir
balikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras
yang membawa) batu-batu kecil? Dan kamu tidak akan mendapat seorang
pelindung pun bagi kamu.
QS. al-Isra’ (17) : 68
Atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali
lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin taupan dan ditenggelamkan-Nya
kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang
penolongpun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami.
QS. al-Isra’ (17) : 69
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.
QS. al-Isra’ (17) : 70
Maka (masing-masing) mereka mendurhakai Rasul Tuhan mereka, lalu Allah
menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. QS. al-Haqqah (69) :
10 Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami
bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera,
QS. al-Haqqah (69) : 11
agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.
QS. al-Haqqah (69) : 12
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan
kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (suatu mentaati Allah)
tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah
sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian
Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
(QS. 17:16)
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman.
(QS. 12:111)
MAHA BENAR ALLAH DGN SEGALA FIRMANNYA..
Kajian Benua ATLANTIS di Al Qur’an menurut Nahwu Shorof
Di buku The lost continent finally found nya Arysio Santos, atlantis
juga disebut Atala Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang
kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia,
Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lai…n-lain.
Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip.
Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala,
Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.
Setelah terjadi letusan krakatau dan tambora, atlatis pulao surga jadi
neraka dan KOSONG dan ini lah yg di ingat oleh para leluhur atlantis yg
melarikan diri ke benua lain lalu apakah ada hubungan antara makna kata
atala/atlantis (setelah hancur/kosong) dengan makna atala pada al-Quran
di bawah? apa pendapat anda? ‘ATHAL(Kekosongan) ‘Athal adalah bentuk
mashdar (noun) dari kata kerja ‘athila – ya‘thalu (عَطِلَ – يَعْطَل),
tersusun dari huruf-huruf ‘ain, tha, dan lam yang arti denotasinya
“kosong”, “luang”.
Makna itu kemudian berkembang menjadi, antara lain: “tak berpenghuni”
(rumah) karena isinya kosong; “terlantar” digunakan untuk binatang
gembala yang tidak ada penjaganya; “tidak berair” (sumur); “tidak
mengenakan pakaian” (wanita); “libur” karena sekolah/kantor dikosongkan;
“menganggur” karena kosong dari pekerjaan; “macet” karena kosong dari
fungsinya; “tunda” karena mencari waktu luang yang lain; “tidak hujan”
karena ada mendung tetapi tidak turun.
Kata ‘athal dan pecahannya di dalam al-Quran terulang dua kali, di mana
masing-masing dalam bentuk kata kerja lampau muannats, ‘uththilat
(عُطِّلَتْ = ditinggalkan) yang terdapat di dalam S. At-Takwîr [81]: 4
dan bentuk ism maf’ûl muannats, mu‘aththalah(مُعَطَّلَة = yang
dikosongkan, yang ditinggalkan) yang terdapat pada S. Al-Hajj [22]: 45.
Masing-masing bunyi teks dan terjemahannya sebagai berikut: pertama, wa
idza al-‘isyâru ‘uththilat (وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ = dan ketika
unta-unta yang bunting ditinggalkan [tidak diperdulikan]); kedua,
faka’ayyin min qaryatin ahlaknâhâ wa hiya zhâlimatun fahiya khâwiyatun
‘alâ ‘urûsyihâ wa ba‘rin mu‘aththalatin wa qashrin masyîd (فَكَأَيِّنْ
مِنْ قَرْيَةً أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِِِيَةٌ عَلَى
عُرُوْشِهَا وَبَعْرٍ مَعَطَّلَةٍ وَقَصِرٍ مَشِيْدٍ= Berapa kota yang
Kami telah binasakan, yang penduduknya dalam keadaan lalim,
tembok-tembok kota itu roboh menutupi atap-atapnya, dan (berapa banyak
pula) sumur dan istana tinggi yang telah ditinggalkan).
Ulama berbeda pendapat mengenai makna kata ‘uththilat di dalam S. At-Takwîr [81]: 4.
Imam As-Suyuthi dan Mujahid mengartikannya dengan “ditinggalkan”; Ubay
bin Ka‘ab dan Ad-Dhahak mengartikannya dengan “diabaikan”; Ar-Rabi‘ bin
Haisam mengartikannya dengan “tidak ada penjaganya” karena di dalam ayat
tersebut kata ‘uththilat dikaitkan dengan unta-unta hamil.
Meskipun mereka berbeda dalam memaknai kata tersebut, namun maksudnya
sama, yaitu ketika unta-unta hamil itu ditinggalkan oleh pemiliknya.
Ayat ini, menurut al-Qurthubi, menggambarkan sebagian dari situasi di
hari kiamat, di mana sekitarnya ada orang yang memiliki unta-unta hamil
yang bagi orang-orang Arab merupakan harta yang sangat berharga ketika
ayat ini turun, namun kemudian diterlantarkan dan tidak dihiraukan lagi
karena sibuk mengurusi diri mereka sendiri.
Ada yang berpendapat, maksud ayat tersebut adalah ketika manusia
dibangkitkan dari kubur juga seluruh harta miliknya, termasuk unta-unta
yang sedang hamil tua. Pada saat itu, manusia tidak lagi menghiraukan
hartanya itu, termasuk yang unta-unta yang sedang hamil tua dan uang
sangat disayangi ketika di dunia, karena mengurusi dirinya sendiri.
Adapun kata mu‘aththalah di dalam S. Al-Hajj [22]: 45 berkedudukan
sebagai kata sifat dari kata bi‘r (بِعْرٌ = sumur). Tafsirnya
diperselisihkan oleh ulama.
Ada yang berpendapat artinya adalah (sumur) yang ditinggalkan, seperti
kata As-Suyuti dan Ad-Dhahak. Ibnu Katsir mengartikannya dengan sumur
yang tidak lagi menjadi sumber air minum dan tidak ada lagi orang yang
mendatanginya.
Ada juga yang berpendapat, maknanya adalah tidak berair, atau tidak ada
pemiliknya karena telah binasa, atau tidak ada tali dan timbanya. Semua
pendapat tersebut mempunyai kemiripan.
Pada intinya sumur itu tidak lagi digunakan karena kosong airnya, atau
ditinggalkan/diterlantarkan oleh pemiliknya, atau kosong dari tali dan
timba. Perbedaan itu terjadi karena mereka berusaha menyesuaikan makna
dasar mu‘aththalah, yaitu “kosong” yang disesuaikan dengan konteks
kalimatnya.
Penggunaan mu‘aththalah di dalam ayat tersebut berkaitan dengan
banyaknya umat terdahulu yang dibinasakan Allah dengan menghancurkan
kotanya, meruntuhkan istananya, dan mengeringkan sumurnya, karena mereka
menzhalimi diri mereka sendiri dengan menentang para rasul yang diutus
Allah kepada mereka.
Ayat ini merupakan penghibur dan pembesar hati Nabi Muhammad Saw. dalam
berdakwah, juga bagi umatnya, di mana nabi-nabi terdahulu juga mengalami
dan berhadapan dengan umatnya yang menentang ajaran yang mereka bawa,
tetapi pada akhirnya para penentang itulah yang binasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar harus menggunakan kata-kata yang sopan.